Waidkha Yuliati
Abstrak
Pembelajaran sejarah masih dianggap sebagai mata
pelajaran yang kurang menarik. Permasalahan ini disinyalir karena penyajian
materi yang hanya mengedepankan fakta-fakta keras. Hal tersebut diperparah,
ketika proses pembelajaran yang berlangsung hanya memposisikan siswa sebagai
obyek belajar. Proses pembelajaran lebih mengarah pada produk dan bukan proses
ini, kemudian berpengaruh terhadap rendahnya prestasi belajar. Tujuan yang
mendasari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi model
pembelajaran Carousel Feedback dalam meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa
kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Banguntapan, dukungan serta hambatan yang dihadapi.
Penelitian
ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang terdiri tiga siklus. Setiap siklus
mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sumber
data dalam penelitian ini berasal dari guru dan siswa. Proses pengambilan data
dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes hasil
belajar. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
triangulasi sumber data dan metode. Analisis data menggunakan analisis data
kualitatif dan analisis kuantitatif.
Pelaksanaan model pembelajaran Carousel
Feedback diawali dengan membagi kelompok berdasarkan topik-topik diskusi.
Setiap kelompok mendiskusikan topik
diskusi di ”stasiun” awal, setelah waktu yang disepakati, setiap kelompok
pindah ke “stasiun” terdekat dan mendiskusikan topik diskusi yang berbeda.
Siswa/fasilitator yang ditinggalkan menerangkan kepada “pendatang” apa yang
telah dilakukan kelompok sebelumnya dan “pendatang” menambah dan mengomentari
hasil kerja kelompok sebelumnya. Demikian seterusnya, hingga masing-masing
kelompok kembali ke “stasiun” awal mereka. Di “stasiun” awal, kelompok kecil membuat
kesimpulan dan dipresentasikan ke seluruh kelompok. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa implementasi model pembelajaran Carousel
Feedback, yang kemudian dikombinasikan dengan pemberian hand out dan
pelaksanaan kuis dapat meningkatan prestasi. Pada siklus I prestasi belajar
mengalami peningkatan sebesar 1.25, siklus II meningkat sebesar 7.08, dan pada
siklus III meningkat 9.58. Dukungan dalam penelitian yaitu respon positif siswa
dan guru, jumlah siswa yang tidak terlalu banyak, dan siswa mampu mematuhi
instruksi guru. Kendala yang dihadapi dalam penelitian ini yaitu kurangnya
pemahaman siswa model pembelajaran pada awal pelaksanaan, kurangnya sumber
belajar, dan tata ruang kelas yang menghambat mobilitas sehingga menyebabkan
kurangnya waktu diskusi dan keengganan siswa untuk berpindah.
Kata Kunci : Model pembelajaran Carousel
Feedback, Prestasi Belajar
Pendahuluan
Menurut UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha
sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif dapat
mengembangkan potensi diri.
Potensi tersebut antara lain ialah untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi diri, masyarakat, bangsa,
dan negara. Dalam pengertian pendidikan, terkandung unsur-unsur yang secara
esensial tercakup didalamnya.
Unsur pembinaan, peningkatan dan tujuan terkandung dalam pengertian pendidikan.
Pendidikan sebagai suatu proses merupakan perjalanan sepanjang hayat dan
perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi
manusia. Aktifitas
pendidikan ini
dapat berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat (Siswoyo, 2007: 20).
Belajar dan pembelajaran merupakan istilah-istilah yang memiliki keterkaitan
erat dalam proses pendidikan. pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan
dengan terencana oleh guru untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan
dengan berbagai model sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara
efektif dan efisien dengan hasil optimal.
Menurut
pengamatan yang telah dilakukan di SMA Negeri 2 Banguntapan, sebagian besar
siswa kurang memahami materi pelajaran, yang kemudian berdampak pada rendahnya
prestasi belajar. Daliman (2005) mensinyalir rendahnya prestasi belajar siswa
disinyalir karena penyajian materi yang tidak lebih dari kisah dari
rekonstruksi masyarakat dimasa lampau dan bagi siswa hal ini dirasa terlalu
abstrak (Nadjamuddin dan Idrus, 2009: 103). Selain itu, metode pembelajaran
yang digunakan belum beranjak dari metode ceramah sehingga siswa masih
diposisikan sebagai obyek dan lebih mengarah pada produk, bukan proses.
Guru sejarah dituntut melaksanakan pembelajaran secara variatif
menghindari kebosanan siswa. Selain itu, guru seharusnya mulai menekakan pada
aspek analisis karena siswa tidak cukup hanya dijejali
oleh kesibukan-kesibukan kognitif.
Secara tegas Soedjatmoko (1976: 15) menggariskan bahwa cara-cara
pengajaran sejarah yang hanya mengutamakan fakta keras harus dihindarkan. Hal
ini dimaksudkan agar siswa tidak berhenti dan terbelenggu oleh sekumpulan data, fakta, dan nama-nama
orang. Fakta-fakta keras yang mengedepankan hafalan, kerap menyebabkan
rendahnya motivasi belajar siswa dan kemudian berimbas pada rendahnya prestasi
belajar. Pembelajaran sejarah harus progresif dan berwawasan tegas ke masa
depan.
Berkaitan dengan uraian diatas, Idrus (Nadjamuddin dan Idrus,
2009: 5-9) mengidentifikasi lima unsur
pembelajaran yang harus diimplementasikan dalam pembelajaran sejarah.
Unsur-unsur tersebut antara lain, variatif, dari fakta ke analisis, terbuka dan
dialogis, divergen, dan progresif.
Secara teoritis kelima prinsip diatas dapat diaplikasikan melalui pembelajaran
yang mengkombinasikan pendekatan kooperatif dengan pendekatan kompetitif.
Pemecahan
permasalahan diatas diperlukan
guna memperbaiki pola pembelajaran sejarah.
Dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran Carousel
Feedback sebagai upaya peningkatan prestasi
belajar. Proses pembelajaran
menggunakan model pembelajaran ini akan melibatkan siswa secara aktif dan
menyenangkan.
Kajian
Pustaka
Pembelajaran
sejarah sebagai sub-sistem dari sistem kegiatan pendidikan merupakan sarana
efektif untuk meningkatkan integritas dan kepribadian bangsa. Kochhar (2008:
33-36) mengemukakan bahwa memperkokoh rasa nasionalisme dan mengajarkan
prinsip-prinsip moral adalah sasaran umum diselenggarakannya pembelajaran
sejarah. Selain hal tersebut, pembelajarann sejarah bertujuan untuk memperluas
cakrawala intelektualitas, dan memberikan gambaran yang tepat tentang konsep
waktu, ruang dan masyarakat.
Pengajaran
sejarah dalam konteks yang lebih sederhana merupakan sub-sistem dari kegiatan pendidikan sebagai
usaha yang menunjuk pada pengaturan dan pengorganisasian lingkungan belajar.
Pengorganisasian lingkungan belajar ini bertujuan untuk mendorong peserta didik
agar memiliki motivasi belajar dan mengembangkan diri. Tujuan tersebut dalam
pencapaiannya akan ditopang oleh berbagai komponen, termasuk kemampuan dalam
menerapkan model dan metode pembelajaran.
Model menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau
dihasilkan. Pembelajaran merupakan proses, cara, perbuatan untuk menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar (Tim, 2000: 751). Model pembelajaran merupakan
pola atau ragam yang terapkan dalam proses untuk menjadikan seseorang
belajar.
Model Pembelajaran Carousel Feedback merupakan ragam dari model pembelajaran
kooperatif. Model Carousel Feedback
efektif untuk mendatangkan energi berdiskusi dan memungkinkan suatu kelompok
untuk membahas beberapa topik dalam waktu yang singkat. Keunggulan lain dalam
model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Akan tetapi model pembelajaran
ini juga memiliki kelemahan, yaitu membutuhkan waktu pelaksanaan tindakan yang
cukup lama.
Model pembelajaran Carousel Feedback (Soetjipto, 2011: 16) tersebut dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Bagi anggota kelompok ke dalam jumlah topik atau isu
yang akan dibahas (maksimum 15 orang/kelompok). Setiap kelompok memiliki “stasiun” awal dengan flipchart/kertas, spidol warna dan fasilitator (ketua
kelompok kecil). Setiap kelompok mempunyai warna tersendiri sebagai identitas
kelompok tersebut.
2. Kelompok mengerjakan tugas (brainstorming) di ”stasiun” awal. Setelah waktu yang disepakati, setiap kelompok pindah ke stasiun terdekat, meninggalkan fasilitator
di stasiun awal dan membawa spidolnya ke tempat yang baru.
3. Orang/fasilitator yang ditinggalkan menerangkan kepada
“pendatang” apa yang telah dilakukan kelompok sebelumnya dan pendatang menambah dan mengomentari hasil kerja kelompok
sebelumnya diatas flipchart/kertas yang sama dengan
spidol yang mereka bawa.
4. Setelah waktu yang ditentukan, kelompok pindah lagi ke “stasiun” berikutnya dan melakukan hal yang sama. Demikian seterusnya hingga
masing-masing kelompok mereka kembali
ke stasiun awal mereka.
5. Di “stasiun” awal, fasilitator yang
ditinggalkan kemudian menjelaskan apa yang telah dilakukan kelompok pendatang
dan sebaliknya. Setelah mengkaji ulang keseluruhan hasil, kelompok kecil membuat kesimpulan dan dipresentasikan ke seluruh kelompok oleh fasilitator (atau lainnya). Kemudian tugas guru
selanjutnya adalah memberikan hasil pokok akhir atau semacam kesimpulan.
Apabila diperlukan guru dapat memberikan tambahan untuk mempertegas kembali
mengenai materi pembelajaran pada hari itu.
Mencermati langkah-langkah model pembelajaran Carousel Feedback yang yang dikemukakan diatas, maka kerangka
berpikir dalam langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Carousel Feedback untuk meningkatkan
prestasi belajar dapat dilihat dalam bagan dibawah ini.
Metode
Penelitian
Pelaksanaan
penelitian dilakukan pada proses pembelajaran semester ganjil yaitu sekitar
bulan Juli sampai September 2011 di kelas XI IPS 2 Jurusan IPS SMA Negeri 2
Banguntapan tahun ajaran 2011/2012. Tindakan dilakukan dalam tiga kali
pertemuan masing-masing dalam alokasi waktu 3 X 45 mentit, yang dibagi dalam
tiga siklus. Faktor siswa yang diteliti adalah memantau prestasi belajar
sejarah siswa selama mengikuti pembelajaran sejarah dengan model pembelajaran Carousel Feedback.
Setiap siklus diawali dengan pembuatan perencanaan,
melakukan tindakan, observasi, kemudian evaluasi dan refleksi. Proses pengambilan data dalam penelitian ini
melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes hasil belajar. Validitas
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber data
dan metode. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan analisis
kuantitatif.
Tahapan
teknik analisis data kualitatif yang digunakan peneliti yaitu pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data dan langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan. Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses
pemilihan pemusatan perhatian atau penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan.
2.
Penyajian Data
Penyajian data merupakan tahap
penyusunan sekumpulan informasi yang dihasilkan dari tahap reduksi data.
Data-data ini kemudian disajikan dalam laporan yang sistematis dan mudah
dipahami.
3.
Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap
akhir dalam analisa data. Penarikan kesimpulan mengacu pada hasil reduksi data,
rumusan masalah, serta tujuan yang hendak dicapai
Tahapan
teknik analisis data
kuantitatif dilakukan dengan melihat rata-rata prestasi belajar dan daya serap
siswa terhadap materi yang diperoleh melalui tes hasil belajar (pre-test dan post-test). Analisis data kuantitaif akan dihitung menggunakan rumus
mean (rata-rata nilai siswa) dan rumus
menghitung daya serap
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dalam upaya
meningkatkan prestasi pelajar sejarah siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Carousel Feedback kelas
XI IPS 2 SMA Negeri 2 Banguntapan. Selain
itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui hambatan dan daya dukung
yang muncul dalam penerapan model Carousel
Feedback dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian ini didasarkan pada
observasi langsung yang dilaksanakan melalui tindakan dalam 3 siklus. Data
dalam penelitian diperoleh dari
hasil observasi dan wawancara secara langsung. Untuk mengukur hasil prestasi,
data dalam penelitian ini diperoleh dari tes hasil belajar siswa. Berikut ini
adalah hasil analisis dari penelitian yang dilakukan selama berlangsungnya
proses belajar menggunakan model pembelajaran Carousel Feedback.
A. Pelaksanaan Model
Pembelajaran Carousel Feedback dalam
Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Banguntapan Tahun Ajaran
2011/2012
Model pembelajaran Carousel Feedback baru pertama kali
diterapkan di SMA Negeri 2 Banguntapan. Berdasarkan hasil observasi dan
pertimbangan guru pembimbing diputuskan, penelitian akan dilaksanakan di kelas
XI IPS 2. Tindakan dalam tiap siklus meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan,dan refleksi.
1. Siklus 1
Penerapan
model pembelajaran Carousel Feedback
pada siklus I dilaksanakan dengan materi pokok, proses masuknya agama dan
kebudayaan Islam di Indonesia. Guru membuka proses pembelajaran termasuk
tindakan apersepsi didalamnya. Selanjutnya guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari sebagai tujuan pembelajaran pada pertemuan ini. Kemudian guru
menerangkan model pembelajaran Carousel
Feedback untuk mendiskusikan pokok-pokok permasalahan yang telah
dipersiapkan. Kemudian kelas dibagi menjadi 3 kelompok kecil.
Sebagaimana
konsep dalam model pembelajara Carousel
Feedback tiap kelompok saling bertukar tempat untuk mendiskusikan topik
permasalahan yang berbeda. Setelah diskusi berakhir, tiap-tiap kelompok
menyimpulkan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang bersangkutan
maupun tambahan dari kelompok lain. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi
pelajaran bersama-sama.
Guru
memberikan bimbingan bagi siswa yang masih mengalami kesulitan dalam berdiskusi
menggunakan model pembelajaran Carousel
Feedback. Pada siklus I, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan
dalam menerapkan model pembelajaran Carousel
Feedback. Hal ini disebabkan siswa yang belum terbiasa dengan konsep
diskusi dalam model pembelajaran ini.
Berdasarkan
hasil pre-test dan post test siswa maka diperoleh gambaran
adanya peningkatan hasil prestasi belajar. Hasil tes hasil belajar pra tindakan
adalah 57.50 dan setelah tindakan menjadi 58.75. Prestasi belajar siswa pada siklus
I mengalami peningkatan sebesar 1.25.
2. Siklus II
Model
pembelajaran Carousel Feedback pada
siklus II dipadukan dengan penggunaan hand
out dan media gambar. Materi yang digunakan masih melanjutkan materi siklus
I yaitu perkembangan tradisi Islam diberbagai
daerah dari abad ke-15 sampai abad ke-18. Guru membuka pelajaran dengan salam, doa, dan
presensi.
Sebelum
memasuki tahap diskusi dengan menggunakan model pembelajaran Carousel Feedback guru melakukan
apersepsi untuk mengarahkan konsentrasi siswa. Kelas kembali dibagi menjadi 3
kelompok kecil. Sebelum memasuki tahap diskusi dengan bahan materi yang telah
dipersiapkan siswa, guru membagikan hand
out dan gambar yang relevan dengan topik diskusi untuk memperjelas
pemahaman siswa.
Siswa dalam
memecahkan topik permasalahan selain menggunakan bahan materi yang telah
disiapkan, juga melakukan pengamatan terhadap gambar yang relevan. Media gambar
tersebut dimaksudkan untuk semakin memperjelas pemahaman siswa. Pada siklus II
ini, diskusi berjalan relatif lancar sebab siswa mulai memahami model
pembelajaran Carousel Feedback.
Berdasarkan
hasil pre-test dan post test siswa maka diperoleh gambaran
adanya peningkatan hasil prestasi belajar. Hasil tes hasil belajar pra tindakan
adalah 58.33 dan setelah tindakan menjadi 65.41. Prestasi belajar siswa pada
siklus II mengalami peningkatan sebesar 7.08.
3. Siklus III
Model
pembelajaran Carousel Feedback pada
siklus III dipadukan dengan kuis berupa pertanyaan singkat secara lisan. Pada
siklus III materi yang dipergunakan masih melanjutkan materi pada siklus II
yakni perkembangan kehidupan negara-negara kerajaan-kerajaan Islam pertama di
Indonesia. Proses pembelajaran diawali dengan
salam, doa, dan presensi. Apersepsi dilakukan guru dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa.
Guru
memberikan topik permasalahan yang akan didiskusikan siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Carousel Feedback. Siswa
membahas topik permasalahan yang berbeda oleh tiap-tiap kelompok sebagaimana
konsep pembelajaran Carousel Feedback.
Diakhir pembelajaran, guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi secara
bersama-sama.
Setelah
menyimpulkan materi secara bersama-sama, aktifitas belajar kemudian dilanjutkan
dengan tanya jawab materi dengan pertanyaan-pertanyaan singkat. Tanya jawab
dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan singkat dimaksudkan untuk menghindari
kebosanan siswa dan semakin memantapkan pemahaman siswa. Pada siklus III ini,
siswa sepenuhnya telah memahami tahap-tahap diskusi menggunakan model
pembelajaran Carousel Feedback.
Berdasarkan
hasil pre-test dan post test siswa maka diperoleh gambaran
adanya peningkatan hasil prestasi belajar. Hasil tes hasil belajar pra tindakan
adalah 67.08 dan setelah tindakan menjadi 76.66. Prestasi belajar siswa pada
siklus III mengalami peningkatan sebesar 9.58.
Rata-rata
prestasi belajar pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 10 . Rata-Rata Prestasi Belajar Siswa
Siklus
|
Pre
|
Post
|
Peningkatan
|
I
|
57.50
|
58,75
|
1,25
|
II
|
58, 33
|
65.41
|
7.08
|
III
|
67.08
|
76.66
|
9,58
|
Berdasarkan prestasi belajar siswa pada siklus I,
Siklus II, Siklus III diatas, maka prestasi belajar siswa dapat disimpulkan
bahwa rata-rata prestasi belajar siswa pada Siklus I pra-tindakan sebesar 57.50 dan pada pasca-tindakan sebesar 58.75, atau mengalami peningkatan sebesar 1.25. Pada siklus
II, rata-rata prestasi belajar siswa pra-tindakan sebesar 58.33 dan pada tes pasca-tindakan sebesar 65.41 atau mengalami peningkatan sebesar 7.08 Rata-rata
prestasi belajar sejarah siswa pra-tindakan pada siklus III sebesar 67.08 dan
pada tes pasca-tindakan sebesar 76.66, atau mengalami peningkatan sebesar 9.58.
Tabel 11. Daya Serap Siswa Kelas XI IPS 2 Terhadap Materi
Siklus
|
Pre
|
Post
|
Peningkatan
|
I
|
8.33%
|
16.66%
|
8.33%
|
II
|
8.33%
|
20.83%
|
12.50%
|
III
|
41.66 %
|
62.50 %
|
20.84 %
|
Dari
tabel tersebut, apabila disajikan dalam bentuk grafik menjadi sebagai berikut.
Berdasarkan
prestasi belajar siswa pada siklus I, Siklus II, Siklus III diatas, maka
prestasi belajar siswa dapat disimpulkan bahwa daya serap siswa terhadap materi
pada Siklus I pra-tindakan sebesar 8.33% dan
pada pasca-tindakan sebesar 16.66%, atau mengalami
peningkatan sebesar 8.33%. Pada siklus
II, daya serap siswa terhadap materi sebesar
8.33% dan pada tes pasca-tindakan sebesar 20.83% atau mengalami
peningkatan sebesar 12.50%. Daya serap siswa terhadap materi pra-tindakan pada
siklus III sebesar 41.66 % dan pada tes pasca-tindakan sebesar 76.66 % atau
mengalami peningkatan sebesar 20.84 %.
B. Dukungan
dan Hambatan dalam Penerapan Model Pembelajaran Carousel Feedback untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2
Banguntapan Tahun Ajaran 2011/2012
Model
pembelajaran Carousel Feedback
memiliki beberapa hal yang menjadi pendukung keberhasilan dalam penerapannya di
SMA Negeri 2 Banguntapan. Faktor-faktor pendukung keberhasilan
pelaksanaan model pembelajaran Carousel
Feedback tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Respon positif dari pihak guru maupun dari
pihak siswa memjadikan model pembelajaran Carousel
Feedback mudah dilaksanakan. Respon positif siswa terhadap model
pembelajaran mempermudah siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.
2.
Disamping
gambaran tentang karakteristik siswa yang diberikan oleh guru mata pelajaran,
peneliti melalui kegiatan KKN-PPL yang telah berlangsung sebelumnya mengetahui
dengan jelas karakteristik siswa.
3.
Guru
mata pelajaran sebagai kolaborator memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
peneliti ketika mengalami kesulitan dalam menghadapi siswa.
4.
Jumlah
siswa yang tidak terlalu banyak dalam kelas membantu guru dalam mengkondisikan
siswa dalam pelaksanaan model pembelajaran Carousel
Feedback. Siswa yang mendapatkan kesulitan mendapatkan bimbingan dari guru
dengan segera.
Penerapan
model pembelajaran Carousel Feedback bukannya
tanpa hambatan. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan oleh peneliti dan guru sebagai
kolaborator ditemukan beberapa kendala dalam penerapan model pembelajaran Carousel Feedback. Adapun
kendala-kendala yang
dihadapi adalah sebagai berikut.
1.
Tanpa didukung sumber
belajar yang maksimal, dalam proses diskusi siswa kesulitan menggali
pengetahuan untuk menjawab permasalahan yang diskusikan.
2.
Komunikasi antara guru
dan siswa khususnya dalam menjelaskan tahapan model pembelajaran Carousel Feedback.
3.
Pengaruh waktu dalam
penerapan model pembelajaran Carousel
Feedback. Siswa memerlukan waktu yang banyak untuk berdiskusi dan
mempresentasikan hasil. Terlebih Model pembelajaran Carousel Feedback berbeda dengan model pembelajaran diskusi pada
umumnya, karena
model ini memerlukan tambahan waktu untuk
pertukaran siswa dari “stasiun awal”
ke “stasiun selanjutnya”.
4.
Kondisi tata ruang kelas, khususnya meja dan kursi cukup
menghambat proses mobilitas siswa.
5.
Adanya
keengganan siswa untuk berpindah dari kelompok (“stasiun”) satu ke kelompok ( “stasiun”) lainnya.
Kendala-kendala
tersebut juga diatasi dengan cara mempersiapkan segala sesuatu sebelum
pembelajaran berlangsung. Sehingga pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Carousel Feedback dapat
berlangsung dengan lancar.
C. Pokok-pokok Temuan
Penelitian
Penelitian ini bersifat langsung dimana
peneliti secara partisipatif
terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar. Data-data dalam penelitian ini diperoleh
dari hasil wawancara, observasi, dan tes hasil belajar. Berdasarkan data-data
tersebut ditemukan beberapa pokok-pokok temuan antara lain:
1.
Penerapan model
pembelajaran Carousel Feedback mampu
membuat siswa berperan aktif dalam proses belajar.
2.
Proses pengajaran di
SMA Negeri 2 Banguntapan termasuk bidang studi sejarah dilakukan secara
berpasangan (team teaching)
3.
Disamping
model pembelajaran yang diterapkan, guru juga memiliki peran
yang besar dalam menentukan proses pembelajaran yang kondusif.
4.
Pelajaran sejarah yang
tidak dimasukan dalam ujian nasional tidak mempengaruhi rendahnya prestasi
siswa khususnya kelas
XI, sebab orientasi siswa adalah nilai dalam rapor.
5.
Dalam setiap proses
belajar di kelas,
pembagian atau bobot materi harus
diperhatikan agar siswa dapat memahami materi secara lebih maksimal.
6.
Penerapan
model pembelajaran Carousel Feedback mampu
meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa.
7.
Pelaksanaan
model pembelajaran Carousel Feedback dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa dengan lebih maksimal jika dikombinasikan
dengan bantuan media pembelajaran (hand
out atau gambar) atau permainan-permainan yang meningkatkan motivasi
belajar siswa.
8.
Daya
dukung dalam penarapan model pembelajaran Carousel
Feedback adalah respon positif dari pihak guru mata pelajaran maupun dari
siswa, bimbingan dan arahan guru mata pelajaran sekaligus kolaborator, dan
jumlah siswa yang sedikit sehingga mempermudah guru dalam pengkondisian siswa
ketika pembelajaran berlangsung.
9.
Hambatan
yang muncul pada saat penerapan model pembelajaran Carousel Feedback adalah karena komunikasi antara guru dan siswa
yang tidak efektif, kondisi kelas yang terkadang kurang kondusif, tata ruang
kelas yang cukup menghambat mobilitas siswa, keenggenan siswa untuk berpindah,
serta kurangnya waktu.
Penerapan model pembelajaran Carousel Feedback mampu meningkatkan
prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Banguntapan.
Pelaksaan model pembelajaran Carousel
Feedback mampu meningkatkan prestasi belajar dengan lebih maksimal jika
dilengkapi dengan media pembelajaran atau dipadukan dengan kuis yang mampu
memotivasi siswa. Hal ini dibuktikan oleh adanya peningkatan tes hasil belajar
ditiap siklusnya. Pada siklus 1 rata-rata nilai tes hasil belajar sebelum
tindakan sebesar 57.50 dan setelah pelaksana tindakan rata-rata nilai tes hasil
belajar siswa sebesar 58.75, tes hasil belajar siswa mengalami peningkatan
sebesar 1.25. Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa pada siklus II sebelum
tindakan sebesar 58.33 dan setelah tindakan menjadi 65.41, maka tes hasil
belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 7.08. Pada siklus III rata-rata nilai
tes hasil belajar siswa meningkat dari 67.08 menjadi 76.66 mengalami
peningkatan sebesar 9.58. Peningkatan tertinggi tes hasil belajar siswa terjadi pada siklus 3 sebab siswa sudah
memahami langkah-langkah model pembelajaran Carousel
Feedback. Selain itu pemahaman siswa dimantapkan kembali dengan pelaksanaa
kuis berupa pertanyaan-pertanyaan singkat.
Dukungan
dan kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran Carousel Feedback antara lain, respon
positif dari pihak guru maupun dari pihak siswa memjadikan model pembelajaran Carousel Feedback mudah dilaksanakan.
Respon positif siswa terhadap model pembelajaran mempermudah siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran.Disamping gambaran tentang karakteristik siswa
yang diberikan oleh guru mata pelajaran, peneliti melalui kegiatan KKN-PPL yang
telah berlangsung sebelumnya mengetahui dengan jelas karakteristik siswa. Guru
mata pelajaran sebagai kolaborator memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
peneliti ketika mengalami kesulitan dalam menghadapi siswa. Jumlah siswa yang
tidak terlalu banyak dalam kelas membantu guru dalam mengkondisikan siswa dalam
pelaksanaan model pembelajaran Carousel
Feedback. Siswa yang mendapatkan kesulitan mendapatkan bimbingan dari guru
dengan segera.
Kendala
dalam penerapan model pembelajaran Carousel
Feedback yaitu, tanpa didukung sumber belajar yang maksimal, dalam proses
diskusi siswa kesulitan menggali pengetahuan untuk menjawab permasalahan yang
diskusikan.Komunikasi antara guru dan siswa khususnya dalam menjelaskan tahapan
model pembelajaran Carousel Feedback.
Pengaruh waktu dalam penerapan model pembelajaran Carousel Feedback. Siswa memerlukan waktu yang banyak untuk
berdiskusi dan mempresentasikan hasil. Terlebih Model pembelajaran Carousel Feedback berbeda dengan model
pembelajaran diskusi pada umumnya, karena model ini memerlukan tambahan waktu
untuk pertukaran siswa dari “stasiun
awal” ke “stasiun selanjutnya”.Kondisi
tata ruang kelas, khususnya meja dan kursi cukup menghambat proses mobilitas
siswa.Adanya keengganan siswa untuk berpindah dari kelompok (“stasiun”) satu ke kelompok ( “stasiun”) lainnya.
Daftar
Pustaka
Budi Eko Soetjipto. (2011). Model-Model Pembelajaran Kooperatif Versi
Kagan. (Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Himpunan Mahasiswa
Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia (HISPISI) tanggal 26-27 Februari
2011).
Daliman, A. (2005). “Perspektif Materi Pendidikan Sejarah Yang
Ideal”, Socio dalam Luqman
Nadjamuddin dan Idrus. (2009). ”Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui Think Pair Square Dikombinasikan Dengan
Poker Sejarah Di DMA Negeri 1 Boromaru”, Istoria,
Volume 1 No.1. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sejarah FISE UNY.
Dwi
Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Kochhar, S.K. (1989). “Teaching
of History” a.b. (2008) Purwanta dan Yovita Hardiwati dalam judul Pembelajaran
Sejarah. Jakarta: Grasindo.
Tim Penyusun Pusat Bahasa. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sutrisno Hadi. (2004). Statistik Jilid
I. Yogayakarta: Andi Offset.