UA-150421350-1

Selasa, 04 Desember 2012

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CAROUSEL FEEDBACK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN TAHUN AJARAN 2011/2012


Waidkha Yuliati
Abstrak
            Pembelajaran sejarah masih dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang menarik. Permasalahan ini disinyalir karena penyajian materi yang hanya mengedepankan fakta-fakta keras. Hal tersebut diperparah, ketika proses pembelajaran yang berlangsung hanya memposisikan siswa sebagai obyek belajar. Proses pembelajaran lebih mengarah pada produk dan bukan proses ini, kemudian berpengaruh terhadap rendahnya prestasi belajar. Tujuan yang mendasari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi model pembelajaran Carousel Feedback dalam meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Banguntapan, dukungan serta hambatan yang dihadapi.
            Penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang terdiri tiga siklus. Setiap siklus mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari guru dan siswa. Proses pengambilan data dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes hasil belajar. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber data dan metode. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan analisis kuantitatif.
Pelaksanaan model pembelajaran Carousel Feedback diawali dengan membagi kelompok berdasarkan topik-topik diskusi. Setiap kelompok mendiskusikan topik diskusi di ”stasiun” awal, setelah waktu yang disepakati, setiap kelompok pindah ke “stasiun” terdekat dan mendiskusikan topik diskusi yang berbeda. Siswa/fasilitator yang ditinggalkan menerangkan kepada “pendatang” apa yang telah dilakukan kelompok sebelumnya dan “pendatang” menambah dan mengomentari hasil kerja kelompok sebelumnya. Demikian seterusnya, hingga masing-masing kelompok kembali ke “stasiun” awal mereka. Di “stasiun” awal, kelompok kecil membuat kesimpulan dan dipresentasikan ke seluruh kelompok. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi model pembelajaran Carousel Feedback, yang kemudian dikombinasikan dengan pemberian hand out dan pelaksanaan kuis dapat meningkatan prestasi. Pada siklus I prestasi belajar mengalami peningkatan sebesar 1.25, siklus II meningkat sebesar 7.08, dan pada siklus III meningkat 9.58. Dukungan dalam penelitian yaitu respon positif siswa dan guru, jumlah siswa yang tidak terlalu banyak, dan siswa mampu mematuhi instruksi guru. Kendala yang dihadapi dalam penelitian ini yaitu kurangnya pemahaman siswa model pembelajaran pada awal pelaksanaan, kurangnya sumber belajar, dan tata ruang kelas yang menghambat mobilitas sehingga menyebabkan kurangnya waktu diskusi dan keengganan siswa untuk berpindah.
Kata Kunci : Model pembelajaran Carousel Feedback, Prestasi Belajar
Pendahuluan

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif dapat mengembangkan potensi diri. Potensi tersebut antara lain ialah untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi diri, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pengertian pendidikan, terkandung unsur-unsur yang secara esensial tercakup didalamnya.
Unsur pembinaan, peningkatan dan tujuan terkandung dalam pengertian pendidikan. Pendidikan sebagai suatu proses merupakan perjalanan sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi manusia. Aktifitas pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat (Siswoyo, 2007: 20). Belajar dan pembelajaran merupakan istilah-istilah yang memiliki keterkaitan erat dalam proses pendidikan. pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan terencana oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai model sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien dengan hasil optimal.
Menurut pengamatan yang telah dilakukan di SMA Negeri 2 Banguntapan, sebagian besar siswa kurang memahami materi pelajaran, yang kemudian berdampak pada rendahnya prestasi belajar. Daliman (2005) mensinyalir rendahnya prestasi belajar siswa disinyalir karena penyajian materi yang tidak lebih dari kisah dari rekonstruksi masyarakat dimasa lampau dan bagi siswa hal ini dirasa terlalu abstrak (Nadjamuddin dan Idrus, 2009: 103). Selain itu, metode pembelajaran yang digunakan belum beranjak dari metode ceramah sehingga siswa masih diposisikan sebagai obyek dan lebih mengarah pada produk, bukan proses.
Guru sejarah dituntut melaksanakan pembelajaran secara variatif menghindari kebosanan siswa. Selain itu, guru seharusnya mulai menekakan pada aspek analisis karena siswa tidak cukup hanya dijejali oleh kesibukan-kesibukan kognitif.  Secara tegas Soedjatmoko (1976: 15) menggariskan bahwa cara-cara pengajaran sejarah yang hanya mengutamakan fakta keras harus dihindarkan. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak berhenti dan terbelenggu oleh sekumpulan data, fakta, dan nama-nama orang. Fakta-fakta keras yang mengedepankan hafalan, kerap menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa dan kemudian berimbas pada rendahnya prestasi belajar. Pembelajaran sejarah harus progresif dan berwawasan tegas ke masa depan.
Berkaitan dengan uraian diatas, Idrus (Nadjamuddin dan Idrus, 2009:  5-9) mengidentifikasi lima unsur pembelajaran yang harus diimplementasikan dalam pembelajaran sejarah. Unsur-unsur tersebut antara lain, variatif, dari fakta ke analisis, terbuka dan dialogis, divergen, dan progresif. Secara teoritis kelima prinsip diatas dapat diaplikasikan melalui pembelajaran yang mengkombinasikan pendekatan kooperatif dengan pendekatan kompetitif.
Pemecahan permasalahan diatas diperlukan guna memperbaiki pola pembelajaran sejarah. Dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran Carousel Feedback sebagai upaya peningkatan prestasi belajar. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran ini akan melibatkan siswa secara aktif dan menyenangkan.

Kajian Pustaka
Pembelajaran sejarah sebagai sub-sistem dari sistem kegiatan pendidikan merupakan sarana efektif untuk meningkatkan integritas dan kepribadian bangsa. Kochhar (2008: 33-36) mengemukakan bahwa memperkokoh rasa nasionalisme dan mengajarkan prinsip-prinsip moral adalah sasaran umum diselenggarakannya pembelajaran sejarah. Selain hal tersebut, pembelajarann sejarah bertujuan untuk memperluas cakrawala intelektualitas, dan memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang dan masyarakat.
Pengajaran sejarah dalam konteks yang lebih sederhana merupakan  sub-sistem dari kegiatan pendidikan sebagai usaha yang menunjuk pada pengaturan dan pengorganisasian lingkungan belajar. Pengorganisasian lingkungan belajar ini bertujuan untuk mendorong peserta didik agar memiliki motivasi belajar dan mengembangkan diri. Tujuan tersebut dalam pencapaiannya akan ditopang oleh berbagai komponen, termasuk kemampuan dalam menerapkan model dan metode pembelajaran.
Model menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Pembelajaran merupakan proses, cara, perbuatan untuk menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Tim, 2000: 751). Model pembelajaran merupakan pola atau ragam yang terapkan dalam proses untuk menjadikan seseorang belajar. 
Model Pembelajaran Carousel Feedback merupakan ragam dari model pembelajaran kooperatif. Model Carousel Feedback efektif untuk mendatangkan energi berdiskusi dan memungkinkan suatu kelompok untuk membahas beberapa topik dalam waktu yang singkat. Keunggulan lain dalam model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Akan tetapi model pembelajaran ini juga memiliki kelemahan, yaitu membutuhkan waktu pelaksanaan tindakan yang cukup lama.
Model pembelajaran Carousel Feedback (Soetjipto, 2011: 16) tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1.      Bagi anggota kelompok ke dalam jumlah topik atau isu yang akan dibahas (maksimum 15 orang/kelompok). Setiap kelompok memiliki stasiun awal dengan flipchart/kertas, spidol warna dan fasilitator (ketua kelompok kecil). Setiap kelompok mempunyai warna tersendiri sebagai identitas kelompok tersebut.
2.      Kelompok mengerjakan tugas (brainstorming) distasiun” awal. Setelah waktu yang disepakati, setiap kelompok pindah ke stasiun terdekat, meninggalkan fasilitator di stasiun awal dan membawa spidolnya ke tempat yang baru.
3.      Orang/fasilitator yang ditinggalkan menerangkan kepada pendatangapa yang telah dilakukan kelompok sebelumnya dan pendatang menambah dan mengomentari hasil kerja kelompok sebelumnya diatas  flipchart/kertas yang sama dengan spidol yang mereka bawa.
4.      Setelah waktu yang ditentukan, kelompok pindah lagi ke stasiun berikutnya dan melakukan hal yang sama. Demikian seterusnya hingga masing-masing kelompok mereka kembali ke stasiun awal mereka.
5.      Di stasiun awal, fasilitator yang ditinggalkan kemudian menjelaskan apa yang telah dilakukan kelompok pendatang dan sebaliknya. Setelah mengkaji ulang keseluruhan hasil, kelompok kecil membuat kesimpulan dan dipresentasikan ke seluruh kelompok oleh fasilitator (atau lainnya). Kemudian tugas guru selanjutnya adalah memberikan hasil pokok akhir atau semacam kesimpulan. Apabila diperlukan guru dapat memberikan tambahan untuk mempertegas kembali mengenai materi pembelajaran pada hari itu.
Mencermati langkah-langkah model pembelajaran Carousel Feedback yang yang dikemukakan diatas, maka kerangka berpikir dalam langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran Carousel Feedback untuk meningkatkan prestasi belajar dapat dilihat dalam bagan dibawah ini.
Metode Penelitian
            Pelaksanaan penelitian dilakukan pada proses pembelajaran semester ganjil yaitu sekitar bulan Juli sampai September 2011 di kelas XI IPS 2 Jurusan IPS SMA Negeri 2 Banguntapan tahun ajaran 2011/2012. Tindakan dilakukan dalam tiga kali pertemuan masing-masing dalam alokasi waktu 3 X 45 mentit, yang dibagi dalam tiga siklus. Faktor siswa yang diteliti adalah memantau prestasi belajar sejarah siswa selama mengikuti pembelajaran sejarah dengan model pembelajaran Carousel Feedback.
            Setiap siklus diawali dengan pembuatan perencanaan, melakukan tindakan, observasi, kemudian evaluasi dan refleksi. Proses pengambilan data dalam penelitian ini melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes hasil belajar. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber data dan metode. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif dan analisis kuantitatif.
Tahapan teknik analisis data kualitatif yang digunakan peneliti yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1.   Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan pemusatan perhatian atau penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan.
2.   Penyajian Data
Penyajian data merupakan tahap penyusunan sekumpulan informasi yang dihasilkan dari tahap reduksi data. Data-data ini kemudian disajikan dalam laporan yang sistematis dan mudah dipahami.
3.   Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam analisa data. Penarikan kesimpulan mengacu pada hasil reduksi data, rumusan masalah, serta tujuan yang hendak dicapai
            Tahapan teknik analisis data kuantitatif dilakukan dengan melihat rata-rata prestasi belajar dan daya serap siswa terhadap materi yang diperoleh melalui tes hasil belajar (pre-test dan post-test). Analisis data kuantitaif akan dihitung menggunakan rumus mean (rata-rata nilai siswa) dan rumus menghitung daya serap
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dalam upaya meningkatkan prestasi pelajar sejarah siswa dengan menggunakan model pembelajaran Carousel Feedback kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Banguntapan. Selain itu, penelitian bertujuan untuk mengetahui hambatan dan daya dukung yang muncul dalam penerapan model Carousel Feedback dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian ini didasarkan pada observasi langsung yang dilaksanakan melalui tindakan dalam 3 siklus. Data dalam penelitian diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara langsung. Untuk mengukur hasil prestasi, data dalam penelitian ini diperoleh dari tes hasil belajar siswa. Berikut ini adalah hasil analisis dari penelitian yang dilakukan selama berlangsungnya proses belajar menggunakan model pembelajaran Carousel Feedback.

A.    Pelaksanaan Model Pembelajaran Carousel Feedback dalam Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Banguntapan Tahun Ajaran 2011/2012
Model pembelajaran Carousel Feedback baru pertama kali diterapkan di SMA Negeri 2 Banguntapan. Berdasarkan hasil observasi dan pertimbangan guru pembimbing diputuskan, penelitian akan dilaksanakan di kelas XI IPS 2. Tindakan dalam tiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,dan refleksi.
1.      Siklus 1
Penerapan model pembelajaran Carousel Feedback pada siklus I dilaksanakan dengan materi pokok, proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Guru membuka proses pembelajaran termasuk tindakan apersepsi didalamnya. Selanjutnya guru menyampaikan materi yang akan dipelajari sebagai tujuan pembelajaran pada pertemuan ini. Kemudian guru menerangkan model pembelajaran Carousel Feedback untuk mendiskusikan pokok-pokok permasalahan yang telah dipersiapkan. Kemudian kelas dibagi menjadi 3 kelompok kecil.
Sebagaimana konsep dalam model pembelajara Carousel Feedback tiap kelompok saling bertukar tempat untuk mendiskusikan topik permasalahan yang berbeda. Setelah diskusi berakhir, tiap-tiap kelompok menyimpulkan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang bersangkutan maupun tambahan dari kelompok lain. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pelajaran bersama-sama.
Guru memberikan bimbingan bagi siswa yang masih mengalami kesulitan dalam berdiskusi menggunakan model pembelajaran Carousel Feedback. Pada siklus I, sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran Carousel Feedback. Hal ini disebabkan siswa yang belum terbiasa dengan konsep diskusi dalam model pembelajaran ini.
Berdasarkan hasil pre-test dan post test siswa maka diperoleh gambaran adanya peningkatan hasil prestasi belajar. Hasil tes hasil belajar pra tindakan adalah 57.50 dan setelah tindakan menjadi 58.75. Prestasi belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan sebesar 1.25.
2.      Siklus II
Model pembelajaran Carousel Feedback pada siklus II dipadukan dengan penggunaan hand out dan media gambar. Materi yang digunakan masih melanjutkan materi siklus I yaitu perkembangan tradisi Islam diberbagai daerah dari abad ke-15 sampai abad ke-18. Guru membuka pelajaran dengan salam, doa, dan presensi.
Sebelum memasuki tahap diskusi dengan menggunakan model pembelajaran Carousel Feedback guru melakukan apersepsi untuk mengarahkan konsentrasi siswa. Kelas kembali dibagi menjadi 3 kelompok kecil. Sebelum memasuki tahap diskusi dengan bahan materi yang telah dipersiapkan siswa, guru membagikan hand out dan gambar yang relevan dengan topik diskusi untuk memperjelas pemahaman siswa.
Siswa dalam memecahkan topik permasalahan selain menggunakan bahan materi yang telah disiapkan, juga melakukan pengamatan terhadap gambar yang relevan. Media gambar tersebut dimaksudkan untuk semakin memperjelas pemahaman siswa. Pada siklus II ini, diskusi berjalan relatif lancar sebab siswa mulai memahami model pembelajaran Carousel Feedback.
Berdasarkan hasil pre-test dan post test siswa maka diperoleh gambaran adanya peningkatan hasil prestasi belajar. Hasil tes hasil belajar pra tindakan adalah 58.33 dan setelah tindakan menjadi 65.41. Prestasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 7.08.
3.      Siklus III
Model pembelajaran Carousel Feedback pada siklus III dipadukan dengan kuis berupa pertanyaan singkat secara lisan. Pada siklus III materi yang dipergunakan masih melanjutkan materi pada siklus II yakni perkembangan kehidupan negara-negara kerajaan-kerajaan Islam pertama di Indonesia. Proses pembelajaran diawali dengan salam, doa, dan presensi. Apersepsi dilakukan guru dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa.
Guru memberikan topik permasalahan yang akan didiskusikan siswa dengan menggunakan model pembelajaran Carousel Feedback. Siswa membahas topik permasalahan yang berbeda oleh tiap-tiap kelompok sebagaimana konsep pembelajaran Carousel Feedback. Diakhir pembelajaran, guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi secara bersama-sama.
Setelah menyimpulkan materi secara bersama-sama, aktifitas belajar kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab materi dengan pertanyaan-pertanyaan singkat. Tanya jawab dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan singkat dimaksudkan untuk menghindari kebosanan siswa dan semakin memantapkan pemahaman siswa. Pada siklus III ini, siswa sepenuhnya telah memahami tahap-tahap diskusi menggunakan model pembelajaran Carousel Feedback.
Berdasarkan hasil pre-test dan post test siswa maka diperoleh gambaran adanya peningkatan hasil prestasi belajar. Hasil tes hasil belajar pra tindakan adalah 67.08 dan setelah tindakan menjadi 76.66. Prestasi belajar siswa pada siklus III mengalami peningkatan sebesar 9.58.
Rata-rata prestasi belajar pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 10 . Rata-Rata Prestasi Belajar Siswa
Siklus
Pre
Post
Peningkatan
I
57.50
58,75
1,25
II
58, 33
65.41
7.08
III
67.08
76.66
9,58

                       Berdasarkan prestasi belajar siswa pada siklus I, Siklus II, Siklus III diatas, maka prestasi belajar siswa dapat disimpulkan bahwa rata-rata prestasi belajar siswa pada Siklus I pra-tindakan sebesar 57.50 dan pada pasca-tindakan sebesar 58.75, atau mengalami peningkatan sebesar 1.25. Pada siklus II, rata-rata prestasi belajar siswa pra-tindakan sebesar  58.33 dan pada tes pasca-tindakan sebesar 65.41 atau mengalami peningkatan sebesar 7.08 Rata-rata prestasi belajar sejarah siswa pra-tindakan pada siklus III sebesar 67.08 dan pada tes pasca-tindakan sebesar 76.66, atau mengalami peningkatan sebesar 9.58.

Tabel 11. Daya Serap Siswa Kelas XI IPS 2 Terhadap Materi
Siklus
Pre
Post
Peningkatan
I
8.33%
16.66%
8.33%
II
8.33%
20.83%
12.50%
III
41.66 %
62.50 %
20.84 %
Dari tabel tersebut, apabila disajikan dalam bentuk grafik menjadi sebagai berikut.
Berdasarkan prestasi belajar siswa pada siklus I, Siklus II, Siklus III diatas, maka prestasi belajar siswa dapat disimpulkan bahwa daya serap siswa terhadap materi pada Siklus I pra-tindakan sebesar 8.33% dan pada pasca-tindakan sebesar 16.66%, atau mengalami peningkatan sebesar 8.33%.  Pada siklus II, daya serap siswa terhadap materi sebesar  8.33% dan pada tes pasca-tindakan sebesar 20.83% atau mengalami peningkatan sebesar 12.50%. Daya serap siswa terhadap materi pra-tindakan pada siklus III sebesar 41.66 % dan pada tes pasca-tindakan sebesar 76.66 % atau mengalami peningkatan sebesar 20.84 %.
B.     Dukungan dan Hambatan dalam Penerapan Model Pembelajaran Carousel Feedback untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Banguntapan Tahun Ajaran 2011/2012
Model pembelajaran Carousel Feedback memiliki beberapa hal yang menjadi pendukung keberhasilan dalam penerapannya di SMA Negeri 2 Banguntapan. Faktor-faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan model pembelajaran Carousel Feedback tersebut adalah sebagai berikut.
1.       Respon positif dari pihak guru maupun dari pihak siswa memjadikan model pembelajaran Carousel Feedback mudah dilaksanakan. Respon positif siswa terhadap model pembelajaran mempermudah siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.
2.      Disamping gambaran tentang karakteristik siswa yang diberikan oleh guru mata pelajaran, peneliti melalui kegiatan KKN-PPL yang telah berlangsung sebelumnya mengetahui dengan jelas karakteristik siswa.
3.      Guru mata pelajaran sebagai kolaborator memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti ketika mengalami kesulitan dalam menghadapi siswa.
4.      Jumlah siswa yang tidak terlalu banyak dalam kelas membantu guru dalam mengkondisikan siswa dalam pelaksanaan model pembelajaran Carousel Feedback. Siswa yang mendapatkan kesulitan mendapatkan bimbingan dari guru dengan segera.
Penerapan model pembelajaran Carousel Feedback bukannya tanpa hambatan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti  dan guru sebagai kolaborator ditemukan beberapa kendala dalam penerapan model pembelajaran Carousel Feedback. Adapun kendala-kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut.

1.      Tanpa didukung sumber belajar yang maksimal, dalam proses diskusi siswa kesulitan menggali pengetahuan untuk menjawab permasalahan yang diskusikan.
2.      Komunikasi antara guru dan siswa khususnya dalam menjelaskan tahapan model pembelajaran Carousel Feedback.
3.      Pengaruh waktu dalam penerapan model pembelajaran Carousel Feedback. Siswa memerlukan waktu yang banyak untuk berdiskusi dan mempresentasikan hasil. Terlebih Model pembelajaran Carousel Feedback berbeda dengan model pembelajaran diskusi pada umumnya, karena model ini memerlukan tambahan waktu untuk  pertukaran siswa dari “stasiun awal”  ke “stasiun selanjutnya”.
4.      Kondisi tata ruang kelas, khususnya meja dan kursi cukup menghambat proses mobilitas siswa.
5.      Adanya keengganan siswa untuk berpindah dari kelompok (“stasiun”)  satu ke kelompok ( “stasiun”) lainnya.

Kendala-kendala tersebut juga diatasi dengan cara mempersiapkan segala sesuatu sebelum pembelajaran berlangsung. Sehingga pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Carousel Feedback dapat berlangsung dengan lancar.
C.    Pokok-pokok Temuan Penelitian
Penelitian ini bersifat langsung dimana peneliti secara partisipatif terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan tes hasil belajar. Berdasarkan data-data tersebut ditemukan beberapa pokok-pokok temuan antara lain:

1.      Penerapan model pembelajaran Carousel Feedback mampu membuat siswa berperan aktif dalam proses belajar.
2.      Proses pengajaran di SMA Negeri 2 Banguntapan termasuk bidang studi sejarah dilakukan secara berpasangan (team teaching)
3.      Disamping model pembelajaran yang diterapkan, guru juga memiliki peran yang besar dalam menentukan proses pembelajaran yang kondusif.
4.      Pelajaran sejarah yang tidak dimasukan dalam ujian nasional tidak mempengaruhi rendahnya prestasi siswa khususnya kelas XI, sebab orientasi siswa adalah nilai dalam rapor.
5.      Dalam setiap proses belajar di kelas, pembagian atau bobot materi harus diperhatikan agar siswa dapat memahami materi secara lebih maksimal.
6.      Penerapan model pembelajaran Carousel Feedback mampu meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa.
7.      Pelaksanaan model pembelajaran Carousel Feedback dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan lebih maksimal jika dikombinasikan dengan bantuan media pembelajaran (hand out atau gambar) atau permainan-permainan yang meningkatkan motivasi belajar siswa.
8.      Daya dukung dalam penarapan model pembelajaran Carousel Feedback adalah respon positif dari pihak guru mata pelajaran maupun dari siswa, bimbingan dan arahan guru mata pelajaran sekaligus kolaborator, dan jumlah siswa yang sedikit sehingga mempermudah guru dalam pengkondisian siswa ketika pembelajaran berlangsung.
9.      Hambatan yang muncul pada saat penerapan model pembelajaran Carousel Feedback adalah karena komunikasi antara guru dan siswa yang tidak efektif, kondisi kelas yang terkadang kurang kondusif, tata ruang kelas yang cukup menghambat mobilitas siswa, keenggenan siswa untuk berpindah, serta kurangnya waktu.

Kesimpulan
Penerapan model pembelajaran Carousel Feedback mampu meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 2 Banguntapan. Pelaksaan model pembelajaran Carousel Feedback mampu meningkatkan prestasi belajar dengan lebih maksimal jika dilengkapi dengan media pembelajaran atau dipadukan dengan kuis yang mampu memotivasi siswa. Hal ini dibuktikan oleh adanya peningkatan tes hasil belajar ditiap siklusnya. Pada siklus 1 rata-rata nilai tes hasil belajar sebelum tindakan sebesar 57.50 dan setelah pelaksana tindakan rata-rata nilai tes hasil belajar siswa sebesar 58.75, tes hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 1.25. Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa pada siklus II sebelum tindakan sebesar 58.33 dan setelah tindakan menjadi 65.41, maka tes hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 7.08. Pada siklus III rata-rata nilai tes hasil belajar siswa meningkat dari 67.08 menjadi 76.66 mengalami peningkatan sebesar 9.58. Peningkatan tertinggi tes hasil belajar siswa  terjadi pada siklus 3 sebab siswa sudah memahami langkah-langkah model pembelajaran Carousel Feedback. Selain itu pemahaman siswa dimantapkan kembali dengan pelaksanaa kuis berupa pertanyaan-pertanyaan singkat.
Dukungan dan kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran Carousel Feedback antara lain, respon positif dari pihak guru maupun dari pihak siswa memjadikan model pembelajaran Carousel Feedback mudah dilaksanakan. Respon positif siswa terhadap model pembelajaran mempermudah siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.Disamping gambaran tentang karakteristik siswa yang diberikan oleh guru mata pelajaran, peneliti melalui kegiatan KKN-PPL yang telah berlangsung sebelumnya mengetahui dengan jelas karakteristik siswa. Guru mata pelajaran sebagai kolaborator memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti ketika mengalami kesulitan dalam menghadapi siswa. Jumlah siswa yang tidak terlalu banyak dalam kelas membantu guru dalam mengkondisikan siswa dalam pelaksanaan model pembelajaran Carousel Feedback. Siswa yang mendapatkan kesulitan mendapatkan bimbingan dari guru dengan segera.
Kendala dalam penerapan model pembelajaran Carousel Feedback yaitu, tanpa didukung sumber belajar yang maksimal, dalam proses diskusi siswa kesulitan menggali pengetahuan untuk menjawab permasalahan yang diskusikan.Komunikasi antara guru dan siswa khususnya dalam menjelaskan tahapan model pembelajaran Carousel Feedback. Pengaruh waktu dalam penerapan model pembelajaran Carousel Feedback. Siswa memerlukan waktu yang banyak untuk berdiskusi dan mempresentasikan hasil. Terlebih Model pembelajaran Carousel Feedback berbeda dengan model pembelajaran diskusi pada umumnya, karena model ini memerlukan tambahan waktu untuk  pertukaran siswa dari “stasiun awal”  ke “stasiun selanjutnya”.Kondisi tata ruang kelas, khususnya meja dan kursi cukup menghambat proses mobilitas siswa.Adanya keengganan siswa untuk berpindah dari kelompok (“stasiun”)  satu ke kelompok ( “stasiun”) lainnya.
Daftar Pustaka
Budi Eko Soetjipto. (2011). Model-Model Pembelajaran Kooperatif Versi Kagan. (Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Himpunan Mahasiswa Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia (HISPISI) tanggal 26-27 Februari 2011).
Daliman, A. (2005). “Perspektif Materi Pendidikan Sejarah Yang Ideal, Socio dalam Luqman Nadjamuddin dan Idrus. (2009). ”Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui Think Pair Square Dikombinasikan Dengan Poker Sejarah Di DMA Negeri 1 Boromaru”, Istoria, Volume 1 No.1. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sejarah FISE UNY.
Dwi Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Kochhar, S.K. (1989). “Teaching of History” a.b. (2008) Purwanta dan Yovita Hardiwati dalam judul Pembelajaran Sejarah. Jakarta: Grasindo.
Tim Penyusun Pusat Bahasa. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sutrisno Hadi. (2004). Statistik Jilid I. Yogayakarta: Andi Offset.








ww
ss