Kebenaran-kebenaran terakhir tidak pernah dijanjikan
oleh cara-cara demokratis dalam berpolitik, sama halnya dengan ilmu
pengetahuan yang tidak pernah bermuara dalam satu titik akhir. Hal ini dipegang
teguh oleh orang-orang yang menyebut dirinya berasal dari kaum empiris nasional
dan demokrat. Sebaliknya, kaum dogmatis dan totaliter tidak pernah puas dengan
apa saja yang bukan merupakan jawaban terakhir. Kaum empiris rasional dan
demokrat mengurus hal-hal yang lebih kecil, dan tidak berusaha menyelesaikan
segala sesuatu uktuk memperoleh suatu kepastian akhir. Dalam permasalahan
ekonomi, seorang demokrat lebih berkepentingan dengan makan di tengah hari
disekolah-sekolaj tanpa bayar atau penambahan pajak penghasilan dua persen
daripada memberikan jawaban akhir tentang kemiskinan atau penderitaan
Kaum empiris rasional taguh bahwa setiap pendapat tidak
mungkin sempurna, kaum empiris rasional tidak merasa kritik sebagai suatu tanda
kebejatan moral di pihak pengkritik. Kaum empiris rasional memandang kritik
sebagai alat untuk memperbaiki pandangan terhadap segala sesuatu. Sementara itu
seorang dogmatis berpikir sebaliknya bahwa, kebenaran yang ada pada dirinya
merupakan kebenaran yang terakhir dan sempurna. Oleh sebab itu, kritik yang
dilancarkan terhadap seseorang akan dianggap sebagai suatu kesalahan
intelektual yang berat. Jika tidak dianggap sebagai kesalahan intelektual,
kritik akan di cap sebagai suatu subversi moral
Sumber :
Ebenstein, William.
2006. Isme-Isme yang mengguncang Dunia:Komunisme, Fasisime,
Kapitalisme,, dan Sosialisme. Yogyakarta: Narasi.
0 komentar:
Posting Komentar