Perkembangan
pariwisata di Indonesia terjadi dalam beberapa tahapan dan periode. Masa pra
kemerdekaan dan masa Masa pasca kemerdekaan. Masa pra kemerdekaan terbagi atas
dua periode, periode masa Hindia Belanda dan periode pendudukan Jepang. Pentahapan
dan periodisasi perkembangan pariwisata di Indonesia sesuai dengan pentahapan
dan periodisasi dalam tonggak-tonggak sejarah bangsa Indonesia.
Kegiatan
kepariwisataan yang kita kenal sekarang ini, telah dikenal sejak zaman kolonial
Belanda bahkan embrio kepariwisataan tersebut telah dikenal sejak perkembagan kerajaan-kerajaan di nusantara.
Pada masa kolonialisme Belanda pariwisata terbatas hanya diperuntkan bagi
orang-orang Belanda, Indo-Belanda dan beberapa orang asing lainnya
Kunjungan
wisata asing (wisatawan mancanegara) ke Hindia Belanda dapat dikatakan terbatas
dari segi kuantitasnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor selain karena memang sarana transportasi yang
belum memadai, Pemerintah kolonial Belanda sengaja menutupi keberadaan Hindia
Belanda terhadap wisatawan asing terutama wisatawan bangsa-bangsa Eropa
lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh ketakutan pemerintah kolonial Belanda
terhadap ketertarikan bangsa Eropa lainnya terhadap kekayaan Hindia Belanda
yang mungkin akan berujung pada keinginan bangsa lain untuk menguasai Hindia
Belanda.
Meskipun
demikian Hindia Belanda tidak sepenuhnya tertutup bagi kedatangan bangsa lain. Pada
tahun 1897 seorang wanita berkebangsaan Amerika, Eliza Ruhamah Scidmore mengunjungi Hindia Belanda (Jawa) sebagaimana
tertulis daam buku karangannya Java, The Garden of The East . Buku tersebut menjelaskan mengenai kunjungan dan
pengalamannya sewaktu melakukan perjalanan (travelling) di Jawa.
Uraian di atas menunjukkan bahwa pada akhir abad ke-19
Indonesia sudah dikunjungi oleh wisatawan asing, yang sekarang disebut
wisatawan mancanegara.
Organisasi
Dan Publikasi Kepariwisataan
Tahun
1910, Gubernur Jenderal A.W.F Idenburg ,membentuk suatu organisasi yang bernama
Vereeniging voor Toeristen Verker
(VTV). VTV merupakan sebuah badan resmi pemerinrtah Hindia Belanda yang
mengatur arus lalu lintas dan kegiatan kepariwisataan di Hindia Belanda.
Organisasi VTV yang dibentuk oleh Pemerintah Hindia Belanda
ini juga berfungsi sebagai biro perjalanan resmi (oficieel toeristen bureun). Dari kantor VTV tersebut dapat
diperoleh bahan-bahan informasi wisata. Kantor VTV berlokasi di Rijswisk
11(Sekarang:ujung Jalan Veteran IV, Jakarta). Beberapa kali VTV berpindah
tempat, hingga menetap di Noordwijk
36 (jalan Juanda-Jakarta).[1]
Selain menyelenggarakan kegiatan pariwisata, yang
merupakan salah satu sumber keuangan organisasi tersebut, VTV juga menerbitkan
berbagai informasi wisata dalam bentuk brosur maupun buku. Berbagai brosur
ditulis dengan menggunakan Bahasa Inggris, sedangkan buku-buku yang diterbitkan
oleh VTV, merupakan buku-buku penuntun wisata (guide book) , yang menjelaskan
mengenai daerah-daerah wisata di pulau-pulau di Hindia Belanda, misal Lombok,
Bali, Jawa dan pulau-pulau lainnya.
Biro perjalanan Hindia Belanda pada tahun 1923
menerbitkan semacam artikel bulanan bernama Tourism.
Artikel tersebut secara selektif dikirim ke 10.000 alamat diseluruh dunia dalam
usaha memperkenalkan pariwisata di Hindia Belanda.VTV berkantor pusat di
Batavia (Jakarta) namun demikian, VTV juga memiliki cabang di beberapa tempat,
khususnya di daerah-daerah basis wisatawan.
Informasi mengenai pariwisata di Hindia Belanda tidak
hanya diterbitkan oleh biro resmi pemerintah Hindia Belanda (VTV). Kantor
Informasi Wisata Garut misalnya. Perusahaan tersebut menerbitkan Java Tourist
Guide, selain itu perusahaan tersebut pada tahun 1923 juga menerbitkan sebuah
koran mingguan (Weekly Illustrated
Newspaper). Koran tersebut diantaranya berisikan rubrik-rubrik sebagai
berikut :
1. Jadwal kereta api ekspres
2. Ringkasan berita-berita luar negeri
3. Siapa, kapan, dimana
4. Pergi kemana dan melihat apa
5. Berita-berita Garut
6. Petunjuk-petunjuk bagi wisatawan
7. Hotel-hotel yang direkomendasikan
8. Kalimat-kalimat singkat yang berguna
9. Nilai tukar mata uang
10. Foto-foto dan lain sebagainya
selain organisasi wisata di Hindia Belanda, organisasi
kepariwisataan di negeri Belanda juga aktif mempromosikan pariwisata di Hindia
Belanda kepada para wisatawan asing mancanegara. Salah satunya adalah VVV (Vereeniging voor Vreemdelingen Verkeer).
Biro
Perjalanan Pertama
Mempromosikan Hindia Belanda kepada wisatawan asing khususnya negara-negara
Eropa memang menjadi kecemasan tersendiri bagi pemerintah Belanda. Pemerintah
Belanda cemas, jika Hindia Belanda menjadi incaran negara lain. Namun demikian
kunjungan wisatawan asing merupakan sumber pemasukan penting bagi keuangan
Pemerintah Hindia Belanda dan Kerajaan Belanda. Oleh sebab tersebut, Pemerintah
menetapkan untuk membatasi kunjungan dan ruang gerak wisatawan asing.
Perkembangan
sarana transportasi antar negara, khususnya transportasi laut meningkatkan
minat masyarakat Belanda untuk berkunjung ke Hindia Belanda. Dan hal tersebut
semakin meningkat, mengikuti adanya perkembangan perhubungan udara antara
negeri Belanda dengan Hindia Belanda. Kegiatan itu dipelopori oleh tiga orang
belanda, Van Weerden Poelman, Van Der Hoop, dan Van Der Broeke dengan pesawat
Fokker F-VII “H-NACC”.
Mengikuti perkembangan kegiatan wisata ke Hindia
belanda, maka sebuah perusahaan perjalanan Belanda Lissonne Lindemann membuka cabang di Batavia pada tahun 1926. Namun
pada dasarnya, di Batavia sendiri telah memiliki sebuah perusahaan perjalanan
bernama Nitour (Nederlands Indische Toeristen Bureau). Nitour merupakan anak perusahaan dari tiga buah perusahaan yakni
Maskapai Pelayaran Kerajaan belanda, Maskapai penerbangan Kerajaan Belanda dan
sebuah peusahaan pelayaran asing lainnya. Pada tahun 1928 Nitour dilebur dengan
Lissonne Lindemann, berkantor di
Rijswijk Nomor 2 dengan tetap mempergunakan nama Nitour. [2]
Meningkatnya sarana transportasi antara Eropa dan
Hindia Belanda mengakibatkan meningkatnya pula arus kunjungan wisata asing di
Hindia Belanda. Menurut catatan the Netherlands Indies Official Tourist Bureau,
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Hindia Belanda berjumlah 8.147 orang.
Meningkatnya arus wisatawan tersebut, kemudian diikuti pula oleh pembangunan
berbagai sarana penunjang/akomodasi pariwisata mulai dibangun di Hindia Belanda.
Pembangunan sarana-sarana akomodasi pariwisata
tersebut antara lain
-
Hotel-hotel
bertaraf internasional di kota-kota pelabuhan.
Misalnya Hotel Des Indes di Batavia
-
Pembangunan
prasarana jalan raya dan sarana transportasi kereta api. Kemajuan tersebut diiringi pula oleh
pembangunan sarana akomodasi di daerah-daerah pedalaman dan pegunungan yang
berhawa sejuk.
Kesimpulan
Kegiatan
kepariwisataan yang kita kenal sekarang ini, telah dikenal sejak zaman kolonial
Belanda bahkan embrio kepariwisataan tersebut telah dikenal sejak perkembagan kerajaan-kerajaan di nusantara.
Pada masa kolonialisme Belanda pariwisata terbatas hanya diperuntkan bagi
orang-orang Belanda, Indo-Belanda dan beberapa orang asing lainnya.
Kunjungan
wisata asing (wisatawan mancanegara) ke Hindia Belanda dapat dikatakan terbatas
dari segi kuantitasnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor selain karena memang sarana transportasi yang
belum memadai, Pemerintah kolonial Belanda sengaja menutupi keberadaan Hindia
Belanda terhadap wisatawan asing terutama wisatawan bangsa-bangsa Eropa
lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh ketakutan pemerintah kolonial Belanda
terhadap ketertarikan bangsa Eropa lainnya terhadap kekayaan Hindia Belanda.
Vereeniging
voor Toeristen Verker (VTV) merupakan
sebuah badan resmi pemerinrtah Hindia Belanda yang mengatur arus lalu lintas
dan kegiatan kepariwisataan di Hindia Belanda. Selain menyelenggarakan kegiatan
pariwisata, yang merupakan salah satu sumber keuangan organisasi tersebut, VTV juga
menerbitkan berbagai informasi wisata dalam bentuk brosur maupun buku.
Nitour (Nederlands
Indische Toeristen Bureau) merupakan perusahaan perjalanan di Batavia.
Nitor sendiri didirikan mengikuti perkembangan kegiatan wisata asing ke Hindia
belanda.
0 komentar:
Posting Komentar